Rendah Hati Sifat Mulia Rasul

Sopian Muhammad dalam karyanya, Manajemen Cinta Sang Nabi, menceritakan, saat berkumpul, Rasul tak mengizinkan para sahabatnya berdiri atau menyambutnya ketika datang. Nabi Muhammad tidak mau  dihormati secara berlebihan.

Nabi Muhammad tidak mau  dihormati secara berlebihan.


Statusnya yang mulia tak mencegahnya untuk berbaur. Dalam sebuah perjalanan, Rasulullah dan sahabatnya menyembelih seekor domba. Tugas pun dibagi di antara para sahabat untuk mengolah daging domba tersebut.

Ada yang mencari kayu bakar, menyiapkan tempat memasak, serta mengolah daging dan memasaknya. Utusan Allah itu melibatkan diri dalam pembagian tugas tersebut, yaitu mencari kayu bakar.

Kalau melihat orang lebih tua, orang rendah hati akan berkata, orang tua itu lebih dulu masuk Islam. Sedangkan kala melihat orang yang lebih muda, diucapkannya bahwa dirinya lebih dulu berbuat dosa daripada si orang muda itu.

Cendekiwan Muslim lainnya, Syekh Khumais as-Said, menyatakan, orang berakal tentu akan rendah hati. Kalau melihat orang lebih tua, orang rendah hati akan berkata, orang tua itu lebih dulu masuk Islam. Sedangkan kala melihat orang yang lebih muda, diucapkannya bahwa dirinya lebih dulu berbuat dosa daripada si orang muda itu.

Orang yang sebaya akan dianggap saudara oleh orang yang tawadhu. Menurut Syekh Khumais, sikap rendah hati itulah yang membuat orang tak sombong terhadap saudaranya dan tak menganggap remeh orang lain.

Kerendahatian Rasulullah terlihat tatkala ia memimpin majelis yang disesaki kaum Muslim. Kala itu, Jabir bin Abdillah Bajali duduk di bibir pintu. Nabi mengetahuinya dan segera mengambil kain baju yang dimilikinya, kemudian melipatnya. Dengan ramah, beliau memberikan lipatan itu kepada Jabir sambil memintanya untuk duduk di lipatan kain itu sebagai alas.

Jabir tak menggunakan lipatan itu untuk diduduki sebagai alas an, tetapi mengusapkannya ke wajahnya sebagai tanda hormat kepada Rasulullah. Dengan mata berkaca-kaca ia mengembalikannya kepada Rasul, dan mengatakan, Semoga engkau selalu dimuliakan Allah sebagaimana engkau memuliakan aku.”

Tak sebatas itu, di tengah kesibukannya sebagai pemimpin umat dan kegiatan dakwah, beliau menyempatkan diri memenuhi undangan sahabatnya. Ia mendatangi jamuan yang digelar mereka. Dan di tengah jamuan itu, putra Abdullah ini tak membedakan diri dari orang lain.


Sumber: Republika


Mari Meneladani Sifat Mulia Nabi Muhammad SAW

Nabi Muhammad SAW merupakan sosok manusia sempurna. “Sesungguhnya engkau benar-benar memiliki akhlak yang mulia.” (QS al-Qalam: 4).

Marilah kita meneladani sifat-sifat Rasul itu untuk dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari.

Mendahulukan Mengucap Salam

Beliau selalu mendahului mengucapkan salam kepada orang yang dijumpainya. Lalu, Baliau menyodorkan tangan lebih dahulu untuk bersalaman. Beliau tidak melepas tangannya sebelum orang itu melepas tangannya sendiri.

Menengok dengan Seluruh Badan

Jika dipanggil, Beliau menengok dengan seluruh anggota tubuh.  Apabila bercakap-cakap, beliau tidak memalingkan wajah sampai orang itu pergi. Wajahnya selalu diarahkan kepada orang yang semajelis dengan Beliau. Sehingga, orang-orang yang bersama Beliau merasa dihormati.


Saat bercakap, Beliau tidak memalingkan wajah.

Tidak Memotong Pembicaraan

Rasulullah SAW tidak memotong pembicaraan. Kecuali jika lawan bicara bercakap keterlaluan, maka Beliau memutuskan pembicaraan dengan melarangnya berbicara, atau berpaling meninggalkannya.

Menghormati Tamu

Tamu Beliau seringkali dipersilakan duduk di atas bajunya serta diberi bantal. Ketika Jabir bin Abdillah al-Bajali hadir di majelis Nabi SAW, ia tidak mendapati tempat maka ia duduk di dekat pintu. Lalu Rasulullah melipat bajunya dan memberikan kepadanya seraya berkata,  “Silakan duduk di atasnya!”

Diambillah baju itu oleh Jabir dan diletakkan di wajahnya lalu diciumnya seraya menangis serta dikembalikannya kepada Nabi yang mulia. “Semoga Engkau dimuliakan oleh Allah sebagaimana Engkau memuliakanku,” katanya.

Tatkala seseorang datang ke rumah Nabi karena suatu keperluan,  Beliau mempercepat shalatnya untuk menemui tamunya. Apabila keperluan tamu telah terpenuhi, Beliau kembali menunaikan shalat.

Beliau mempercepat shalatnya untuk menemui tamu.



Bahasa Santun

Saat memberi nasihat, Beliau menasihati para sahabat dengan bahasa  santun, lemah lembut, dan penuh kasih sayang. Beliau tidak menyinggung perasaan dan menyakiti hati para sahabat.

Merawat Persahabatan

Jika tidak bertemu dengan salah seorang sahabat selama beberapa hari, Nabi SAW menanyakannya. Bila sahabat itu pergi, Beliau mendoakannya. Jika sakit, Beliau menjenguknya. Bila sudah wafat dan Beliau belum menshalatinya, Beliau datang ke kuburannya.

Sumber: Cara Rasul Bergaul

Ayo Jalankan Empat Sifat Mulia Rasul

Dalam kehidupan sehari-hari, umat Islam harus meneladani sifat nabi Muhammad SAW dalam segala aspek. Ada empat sifat Nabi yang perlu diteladani dan dipraktikan sehari-hari. Sifat apakah itu?

Sidiq

Artinya  integritas, artinya bertingkah laku sesuai dengan ucapannya. Jangan membiasakan diri menjadi musang berbulu domba, omongannya baik tapi  perilakunya tercela.



Amanah

Bertingkah laku sesuai ucapannya. 

Berarti memiliki kredibilitas. Tidak hanya jujur, tetap kitai juga harus dapat dipercaya. Ketika dihadapkan dalam satu pilihan, maka kita harus memilih dengan hati nurani.

Tabligh

Artinya komunikatif. Bagi kita kaum muslim, sudah  seharusnya dapat menyampaikan pesan dengan baik. Tidak hanya jujur, tetapi juga disampaikan dengan baik dan bijaksana. Contohnya, kita tidak menyinggung perasaan orang saat mengkritik.

Fathonah

Cerdas dan bijaksana. Jangan   emosional, mencela, menyerang kepribadian saat kita berbicara dengan orang lain.

Biasakan berdialog dan mengedepankan kebersamaan.  Kita hendaknya berlomba-lomba dalam kebaikan.

Biasakan berdialog dan mengedepankan kebersamaan. 

(Disarikan dari pendapat Ketua PP Muhammadiyah Prof Yunahar Ilyas)