Nafsu Kuasai Jiwa Ayah dan Anak Hingga Membunuh Lima Anggota Keluarga di Lampung 

   

ilustrasi pembunuhan (pixabay)

Jika nafsu bergejolak, maka pikiran logis menjadi hilang. Seseorang bisa berbuat sedemikian tidak masuk akal, dan sepenuhnya dikendalikan setan. Inilah yang terjadi saat seorang ayah bersama anaknya membunuh lima orang demi mengambil harta. Kisah ini bisa menjadi pelajaran bagi kita agar selalu waspada dengan gejolak hawa nafsu yang mencoba menguasai jiwa.

Tapi sehebat apapun pelaku mencoba menyembunyikan diri, akhirnya terungkap juga. Kisahnya ini sempat tidak terungkap beberapa bulan setelah sebuah laporan dari warga masuk ke polisi karena curiga. 

Cerita berawal saat ada warga Desa Marga Jaya, Kecamatan Negara Batin, Way Kanan, Lampung melaporkan salah satu warganya menghilang dari pandangan sehari-hari. Warga yang tidak pernah kelihatan batang hidungnya ini bernama Juwanda. Polisi menerima laporan dari warga setempat pada Juli 2022.

Kapolres Way Kanan AKBP Teddy Rachesna memerintahkan penyelidikan atas hilangnya Juwanda tersebut. Polisi kemudian menanyai beberapa saksi. Akhirnya ada saksi yang memberi informasi penting. Seorang perangkat desa melihat terakhir kali Juwanda pergi ke kebun bersama E, pria berusia 38 tahun. Polisi mendatangi rumah E tapi yang bersangkutan sudah kabur.

E membunuh ayahnya demi merebut hartanya

Polisi akhirnya memeriksa anak E, yakni DW yang berusia 17 tahun. Setelah melalui rangkaian pemeriksaan, DW akhirnya mengakui telah membunuh Juwanda. DW tidak sendiri, melainkan bersama ayahnya E. Keduanya membunuh Juwanda saat tidur. Kemudian, mayat Juwanda diangkut menggunakan mobil pikap dan dikubur di perkebunan singkong.

Atas pengakuan DW ini, polisi mengejar E dengan bantuan DW untuk menunjukkan tempat persembunyian ayahnya. Polisi menciduk E di daerah Lampung Selatan dan dibawa ke kantor polisi. Polisi memeriksa E secara intensif. Akhirnya ketahuan juga bahwa E tutut membunuh Juwanda.

Dari peristiwa itu, polisi menyelidiki juga beberapa sanak family E yang turut menghilang sejak akhir 2021. Saat itu banyak warga yang mempertanyakan keberadaan ayah E, yakni Zainuddin yang sudah berusia 78 tahun. Zainuddin kebetulan sudah menikah dengan istri baru dan memiliki anak Zahra yang berusia lima tahun. 

Baik Zainudin, Romlah, maupun Zahra, tidak pernah kelihatan lagi di rumah. Bahkan kakak kandung E, bernama Wawan yang berusia 40 tahun juga hilang. Polisi mempertanyakan hal ini kepada E. Semula mengaku Zainudin sedang pergi ke gunung menggarap kebun. Tapi setelah didesak kembali, E akhirnya mengakui telah membunuh empat orang tersebut.

Kejadian pembunuhan berlangsung Oktober 2021. E mendatangi rumah ayahnya, bernama Zainudin. Di sanalah E membunuh satu keluarga yakni Zainudin, istri Zainudin, bernama Siti Romlah (45), kakak kandungnya, Wawan (40) dan keponakannya, Zahra  yang berusia 6 tahun. 

Melalui reka ulang, tampaklah kisah pembunuhan itu sangat sadis. Kejadian itu, sekitar pukul 01.00 WIB di rumah Zainudin tempat kejadian perkara (TKP). Di rumah itu, ada ayah tersangka yakni Zainudin dan ibu tirinya Siti Romlah serta Zahra keponakan tersangka.

E  bersama anaknya DW mendatangi Zainudin, Siti Romlah, dan Zahra yang saat itu  sedang tertidur. Keduanya mendapati Wawan, kakak kandung E, ada di rumah itu. Lalu E memukul Wawan dengan  kapak sebanyak dua kali dari belakang di dapur rumah.

Zainudin dan Siti Romlah terbangun. Tersangka E  memukul kepala Zainudin dengan kapak dua kali. Siti Romlah lari ke dapur. E lantas membunuhnya dengan tiga hantaman kapak.

Pada saat itu, Zahra menangis di dalam kamar. E  masuk ke dalam kamar, mematikan lampu, dan membekap mulut Zahra dan mencekik lehernya selama beberapa menit hingga meninggal. 

Kebingungan dengan banyaknya mayat, E memasukan para korban ke ke septic tank di belakang rumah. Urutan korban yang dibuang ke dalam septic tank yakni Wawan Wahyudin, lalu Zainudin, Siti Romlah, dan terakhir Zahra. E mencium mayat Zahra sebelum dimasukan ke septic tank. E kemudian mengecor septic tank agar tidak mengeluarkan bau busuk.

Atas pengakuan E, polisi kemudian mengecek lokasi septic tank pada Kamis,6 Oktober 2022. Di sana ditemukan jasad dalam kondisi tulang belulang dan tengkorak.

Lokasi septic tank berada di belakang rumah Zainudin di Desa Marga Jaya, Kecamatan Negara Batin, Way Kanan.

Kapolres Way Kanan AKBP Teddy Rachesna mengatakan, berdasarkan pemeriksaan sementara terhadap E, ia membunuh keluarganya karena masalah berebut harta warisan milik Zainudin. “E ingin menguasai harta milik korban Zainudin,” ujarnya, Kamis (6/10/2022).

Dugaan berebut warisan didukung oleh keterangan saksi Kepala Desa Marga Jaya M Yani.

Ia menuturkan, Zainudin tidak terlihat beraktivitas di desa sejak Oktober 2021. Biasanya Zainudin rajin ke masjid. Ketika warga bertanya ke E, dia menjawab Zainudin lagi pergi ke gunung.

Tapi tindak-tanduk E mencurigakan. Sekitar Desember 2022, E menjual sebidang tanah milik Zainudin di Desa Marga Jaya. 

Ketika ditanya kenapa lahan itu dijual, E mengaku disuruh ayahnya. Uang akan dipakai  membayar utang. Tak lama kemudian E kembali menjual lahan lain milik Zainudin.

Nah suatu ketika, Juwanda kembali dari perantauan. Juwanda adalah anak  Zainudin dari istri baru, atau adik tiri E. 

Juwanda marah kepada E  lantaran harta ayahnya dijual. Pertengkaran itu rupanya menyulut kemarahan dan akhirnya E bekerjasama dengan anaknya, DW untuk membunuh Juwanda. Dari kematian Juwanda inilah, akhirnya pembunuhan sadis terbongkar.

Atas perbuatannya, E dan DW  dijerat Pasal 338 KUHP tentang Pembunuhan dan terancam pidana 15 tahun penjara.

Bila ada bukti pembunuhan berencana maka.mereka bisa dihukum mati atau penjara seumur hidup.

Manusia harus bisa mengendalikan nafsu.

Pelajaran dari kisah ini adalah, manusia harus bisa mengendalikan nafsu. Jangan sampai nafsu menguasai pikiran dan tingkah laku kita. Pada hakikatnya manusia membawa sifat baik. Jika kita lengkah, sifat baik ini akan hilang dikuasai setan. ****