Ayat di atas menjelaskan bahwa Allah SWT mempersatukan hati orang mukmin dalam suatu jalinan ukhuwah yang timbul atas dasar keimanan. Merupakan jalinan persatuan yang kokoh, sebagai potensi kekuatan yang diberikan oleh-Nya.
Banyak cobaan yang dihadapi umat Islam saat ini. Konflik antarsesama Muslim yang kita saksikan bersama saat ini sungguh sangat memprihatinkan. Perbedaan-perbedaan pendapat yang muncul, tidak seharusnya disikapi dengan perselisihan yang tidak perlu. Namun, diselesaikan melalui musyawarah secara bijak. Tidak ada yang merasa menang atau kalah. Sikap fanatisme golongan harus disingkirkan jauh-jauh. ”Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat.” (QS Al Hujuraat [49]: 10).
Sangat disayangkan, bila umat tercerai-berai karena pertikaian yang sebetulnya bisa diselesaikan dengan musyawarah
Sangat disayangkan, bila umat tercerai-berai karena pertikaian yang sebetulnya bisa diselesaikan dengan musyawarah. ”Kaum Muslim adalah satu badan, jika ada satu anggota badan menderita sakit, seluruh badan akan demam.” (HR Bukhari Muslim). Hadis di atas menekankan tentang pentingnya empati seorang Muslim dengan ikut merasakan permasalahan atau kesulitan yang dihadapi oleh saudaranya.
Merupakan suatu kezaliman, jika kita tidak peduli dengan penderitaan yang dialami saudara-saudara kita. Puncak dari setiap ukhuwah adalah itsar, yakni lebih mengutamakan kepentingan orang lain. Sungguh indah jika setiap Muslim menjaga ukhuwah. “Dan Dialah (Allah) yang mempersatukan hati mereka (orang-orang yang beriman). Walau kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya Dia Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.” (QS Al Anfaal [8]: 63).
Berhubungan dengan Penganut Agama Lain
Silaturahim tidak dipilah dan dibedakan oleh atribut agama, ras, etnik, suku-bangsa, negara, warna kulit, jenis kelamin, bahasa, dan lain sebagainya. Alquran menegaskan: “Dan sesungguhnya telah kami muliakan anak cucu Adam” (QS al-Isra’/17:70).
Tuhan tidak menggunakan redaksi, “Allah memuliakan orang-orang Islam” (wa laqad karramna al-muslimun). Ini artinya siapa pun sebagai anak cucu Adam wajib di hormati sebagai manusia. Alquran juga menggagas konsep “ukhuwah imaniyah”, persaudaraan orang-orang yang berkeimanan. Alquran mengatakan: “Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara karena itu damaikanlah saudaramu.” (QS al-Hujurat/49:10).
Tuhan tidak mengatakan “sesungguhnya orang-orang Islam itu bersaudara” (innamal Muslimin ikhwah). Ini artinya pengakuan terhadap orang-orang yang beriman. Soal keimanannya itu benar atau salah adalah persoalan lain dan itu lebih merupakan urusan Allah Swt. Alquran menegaskan: “Sesung guhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu” (QS al-Huju rat/49:13).
Profesor Nasaruddin Umar menyatakan sehubungan dengan ini, menarik untuk dihayati kedalaman dan keluasan wawasan tokoh-tokoh NU yang pernah menggagas sinergi tiga konsep ukhuwah yang hidup di dalam wadah NKRI, yaitu persaudaraan kemanusiaan (ukhuwah basyariyah), persaudaraan kebangsaan (ukhuwah wathaniyah), dan persaudaraan keislaman (ukhuwah islamiyah).
Tidak boleh atas nama salah satu konsep ukhuwah digunakan untuk merusak tatanan ukhuwah yang sudah mapan. Allah Swt dengan tegas mengatakan: Allah tiada melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerang mu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu.
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil. Se sungguhnya Allah hanya melarang kamu menjadikan sebagai kawan mu orang-orang yang memerangi kamu karena agama dan mengusir kamu dari negerimu dan membantu (orang lain) untuk mengusirmu.
Dan barang siapa menjadikan mereka sebagai kawan, maka mereka itulah orang-orang yang lalim. (QS al-Mumtahinah/60: 7-8). Nabi juga pernah menegaskan: “Barang siapa yang mendhalimi orang-orang yang menjalin perjanjian damai (mu’ahhad) atau melecehkan mereka, atau mem bebaninya sesuatu di luar ke sanggupannya, atau mengambil har tanya tanpa persetujuannya, maka saya akan menjadi lawannya nanti di hari kemudian” (HR Bukhari-Muslim).
Ada hadis sahih riwayat Bu khari dan Muslim menceritakan, nabi memerintahkan untuk menshalatgaibkan sahabat Nabi, yaitu Raja Najasy ketika sampai kabar kematian kepadanya. Sahabat pun melakukan shalat gaib dengan empat kali takbir di masjid dan mendoakannya (HR Bukhari No. 3880-3881). Riwayat dari jalur Imam Mus lim juga hampir sama redaksinya.
Jika terjadi silaturahim internal sesama makhluk mikrokosmos bisa terwujud, akan memudahkan terjalinnya ukhuwah komperhensif dengan makhluk makrokosmos. Silaturahim antara kedua cosmos ini diharapkan melahirkan kedamaian komperhensif dan abadi.
Sumber: artikel Nasarudin Umar, khazanah (mengedepankan ukhuwah)