Crosshijaber Menyimpang

Ilustrasi hijab (pixabay)

Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Abdul Mu’ti meminta polisi segera menyelidiki kelompok crosshijaber dan akun media sosialnya. “Selain itu polisi dapat menyelidiki siapa para pelaku dan motif dibalik aksi yang mereka lakukan,” kata Abdul Mu’ti kepada wartawan, Minggu (13/10/2019).

“Jika ada upaya mereka sengaja melakukan perbuatan yang meresahkan masyarakat, maka dapat dilakukan proses hukum lebih lanjut,” sambung dia.

Majelis Ulama Indonesia (MUI) juga menilai fenomena ini menyimpang.

“Jelas menyimpang. Yang benar, si laki-laki itu harus ditegaskan dalam sebuah lingkungan sosial untuk tetap dia menjadi dan mengembangkan jiwa kelelakiannya. Jangan dibiarkan dia mengembangkan jiwa keperempuanannya,” ujar Ketua MUI Bidang Informasi dan Komunikasi, Masduki Baidlowi, saat dimintai tanggapan, Minggu (13/10/2019).

Istilah crosshijaber diambil dari crossdressing, di mana pria mengenakan gaun wanita dan tampil dengan makeup. Crosshijaber bahkan memiliki komunitas di Facebook dan Instagram, dan bahkan ada tagarnya sendiri.

Tak Hormati Muslim, Menteri Dalam Negeri Jerman Menyesal

Kementerian Dalam Negeri Jerman  menyesal telah menyajikan sosis babi di sebuah konferensi tentang Islam di Berlin awal pekan in.

Menteri  meminta maaf “jika individu merasa tersinggung dalam perasaan religius mereka”.

Acara ini dipimpin oleh Menteri Dalam Negeri Horst Seehofer, yang pada bulan Maret mengatakan Islam “tidak termasuk di Jerman”.

Sebagian besar peserta pada konferensi Islam adalah Muslim, media lokal melaporkan.

Jenis sosis yang ditawarkan adalah “sosis darah” – yang terbuat dari bahan-bahan termasuk darah babi, babi, dan bacon.

Wartawan Jerman, Tuncay Özdamar menulis di Twitter: “Sinyal apa yang ingin dikirim kementerian dalam negeri dari Seehofer? Sedikit rasa hormat bagi Muslim, yang tidak makan babi, diperlukan.”

Pada awal konferensi, Mr Seehofer dilaporkan mengatakan bahwa dia ingin melihat “Islam Jerman”.

Dalam tanggapannya, Kementerian Dalam Negeri menambahkan bahwa mereka telah menyajikan 13 hidangan, termasuk hidangan halal, vegetarian, daging dan ikan dan mengatakan bahwa semua makanan dalam prasmanan telah ditandai dengan jelas.

Beberapa media Jerman melaporkan bahwa daging babi dalam bentuk ham telah disajikan pada Konferensi Islam Jerman pertama pada 2006.

Dalam komentarnya di bulan Maret, yang dilihat sebagai upaya untuk memenangkan kembali para pemilih dari Partai Alternatif untuk Jerman (AfD), Seehofer mengatakan bahwa Islam bukan milik Jerman karena “Jerman dibentuk oleh agama Kristen”.

“Kaum Muslim yang hidup di antara kita secara alami adalah milik Jerman … Itu tentu saja tidak berarti bahwa kita harus, karena pertimbangan yang salah untuk orang lain, melepaskan tradisi dan adat istiadat kita,” katanya.

Namun bulan lalu Partai Sosial Kristen (CSU) partai Seehofer menderita kerugian besar dalam pemilihan Bavaria. Sepertinya dia ingin berbalik arah untuk mendekati kaum Islam.

Terbukti Alkohol Haram dan Merusak



Umat Islam sudah pasti tahu bahwa alkohol itu haram. Secara ilmu, larangan itu terbukti tepat. Sebuah studi terbaru membuktikan bahwa minum anggur atau bir dapat meningkatkan peluang untuk terserang penyakit dan kematian dini. Para ilmuwan mengatakan tidak ada yang disebut “tingkat aman” dari alkohol.

Konsumsi alkohol menyebabkan hampir 3 juta kematian prematur pada tahun 2016, menurut hasil penelitian yang dilakukan  di 195 negara.

Penelitian, yang diterbitkan jurnal medis The Lancet, menemukan bahwa minum adalah faktor utama dalam kematian orang-orang antara usia 15 dan 49. Itu juga menyimpulkan meminum alkohol bisa meningkatkan risiko kanker, penyakit kardiovaskular dan tuberkulosis..

“Risiko kesehatan yang terkait dengan alkohol sangat besar,” kata Emmanuela Gakidou, penulis senior dan direktur di Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME) di Seattle.

Para peneliti menarik lebih dari 1.000 penelitian untuk menyusun gambaran dampak kesehatan alkohol dan kebiasaan minum di kalangan pria dan wanita di seluruh dunia.

Mereka melaporkan bahwa meminum satu minuman standar – setara dengan bir kecil, segelas anggur  setiap hari, meningkatkan kemungkinan mengembangkan setidaknya satu dari 23 kondisi kesehatan yang mungkin sekitar 0,5 persen.

Itu mungkin tidak terdengar seperti banyak, tetapi – pada tingkat global – kebiasaan minum sehari-hari itu menyebabkan  100.000 kematian tambahan setiap tahun, kata Gakidou.

“Tidak ada tingkat alkohol yang aman,” Max Griswold, penulis utama dan peneliti IHME, mengatakan kepada kantor berita AFP. “Secara keseluruhan, risiko kesehatan yang terkait dengan alkohol meningkat sejalan dengan jumlah yang dikonsumsi.”

Selain prevalensi penyakit terkait alkohol, studi ini juga melihat cedera dan kematian akibat konsumsi alkohol, seperti kecelakaan di jalan dan menyakiti diri sendiri.

Dua minuman per hari meningkatkan kemungkinan penyakit dan cedera sebesar 7 persen, para peneliti menulis. Risiko naik menjadi 37 persen dengan lima minuman.

Menurut penelitian, minum adalah faktor risiko utama ketujuh untuk kematian dini dan penyakit pada tahun 2016, terhitung sekitar 2 persen kematian pada wanita dan hampir 7 persen pada pria.
Alkohol adalah faktor yang paling mematikan dalam kelompok usia 15-49 tahun, bertanggung jawab atas lebih dari 12 persen kematian laki-laki.

Dari lebih dari 2 miliar orang di seluruh dunia yang mengonsumsi alkohol, sekitar 63 persen adalah pria, tulis para peneliti.

Peminum terbesar pada tahun 2016 adalah pria di Rumania, yang menyisihkan rata-rata delapan minuman sehari. Portugal, Luksemburg, Lithuania dan Ukraina diikuti dengan tujuh “unit” per hari.

Di antara wanita, Ukraina memimpin dengan empat minuman sehari, diikuti oleh Andorra, Luksemburg, Belarusia, Swedia, Denmark, Irlandia dan Inggris, semua rata-rata sekitar tiga per har.

Negara-negara yang paling abstem adalah mereka dengan populasi mayoritas Muslim.