“Orang Kecil” Mampu Naik Haji

foto: pixabay

Banyak “orang kecil”, sebutan untuk warga dengan pendapatan terbatas, tetapi bisa naik haji. Niat kuat menjadikan mereka bersemangat menabung untuk naik haji. Mereka ini contohnya:

Nuriman Harahap Binti Lobe Said Harahap (77 asal Kabupaten Padang Lawas Utara, Provinsi Sumatra Utara, berangkat melaksanakan ibadah haji tahun ini. Ia adalah mantan guru. “Saya bisa haji berkat tabungan suaminya Darman Siregar (79) pensiunan Guru SD di Kabupaten Padang Lawas,” kata Nuriman, di Asrama Haji Medan, Kamis (2/8/2019).

Niat untuk menunaikan ibadah haji ini, menurut dia, sudah terbayang sejak 20 tahun lalu. Alhamdulilah, baru tahun ini bisa tercapai. “Saya senang dan bangga, dalam usia yang sudah tua, bisa naik haji ke Makkah,” ujar Nuriman dikutip dari ikhram.

Niat untuk menunaikan ibadah haji ini, menurut dia, sudah terbayang sejak 20 tahun lalu

Dia menyebutkan berangkat haji ke tanah suci, sendirian dan tidak ada yang menemani, baik suami maupun anak, karena suaminya (Darman) sudah lebih dulu menunaikan ibadah haji ke Makkah, pada 15 tahun lalu.

Penarik Becak

Samsunur, seorang tukang becak asal Kota Solok, Sumatera Barat. Pria 58 tahun yang tinggal di Kelurahan Aro IV Korong, Kecamatan Lubuk Sikarah ini akhirnya bisa berangkat untuk naik haji tahun 1440H/2019M.

Penghasilannya sekitar Rp 40 ribu – 75 ribu per hari. Sejak 2004 ia menabungkan sebagian pendapatannya untuk naik haji. “Anak saya belum bisa membantu, karena ada yang sudah berkeluarga tapi baru cukup untuk keluarganya,” tuturnya dikutip dari hidayatullah.

Bersyukur tak terkira bagi Samsunur dan istrinya, Kasmawati (55). Penantian dan perjuangan mereka sekian lama tuntas sudah. Samsunur bertutur, selama 34 tahun menjadi tukang becak, dulu ia memakai becak kayuh pada 1985. Nanti pada tahun 2007, baru ia memakai becak motor, yang dibeli atas hasil dia menabung sedikit demi sedikit untuk mengganti becak tuanya. Satu hal menarik lagi. Berbeda dengan penarik becak lainnya, Samsunur mengaku tak pernah mematok tarif. “Terkadang diberi Rp 5 ribu, Rp 7 ribu,” ungkap pria ramah ini.

Tukang kebun

Suami-istri asal Tasikmalaya, Saefudin (56) dan Hani (70), tergabung dalam kloter 43 embarkasi Bekasi. Saefudin yang usianya lebih muda dari sang istri tersebut berdomisili di Kampung Lengkong, Linggaraja, Sukaraja, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa barat. Selama ini Ujang dan Hani bekerja sebagai buruh pembersih kebun milik orang lain. “Alhamdulillah tahun ini saya dan istri ibadah haji, insyaallah berangkat tanggal 19 Juli 2019 nanti,” ujar Saefudin, Sabtu (6/7/2019) dikutip detik.

Untuk mencukupi kehidupan sehari-hari, keduanya bekerja serabutan sebagai buruh harian lepas bersih-bersih rumput di kebun. Pekerjaan ini juga tidak diterimanya setiap hari, tergantung pemilik kebun yang menyuruhnya. Setiap kali bekerja, bayaran yang diterima Saefudin Rp 40 ribu, sedangkan Hani mendapatkan upah Rp 25 ribu.