Program Gemar Mengaji Biasakan Anak Belajar

Program Gemar Mengaji Biasakan Anak Belajar 

foto pixabay

Jawa Barat membuat terobosan untuk menanggulangi kebiasaan anak-anak keluyuran di malam hari. Program yang diambil dari sebuah kearifan lokal berupa Program Gerakan Masyarakat Maghrib Mengaji (Gemar Mengaji). Kebiasaan mengaji di masa lalu sangat lazim. Tapi belakangan, anak-anak habis waktunya di sekolah dan di sore hari justru mereka bermain-main tanpa arah. Salah satunya dengan main game atau berselancar di dunia maya melalui smartphone.

Kabupaten dan Kota di Jawa Barat sudah mencanangkan program mengaji di sore hari ini.  Antara lain Kabupaten Kuningan. Peluncuran program itu dilakukan Bupati Kuningan, Acep Purnama, di Masjid Agung Syiarul Islam Kabupaten Kuningan, Rabu, (18/9). Acara  tersebut dihadiri oleh ratusan remaja masjid dan pelajar yang ada di Kabupaten Kuningan. Dalam kegiatan itu, bupati juga secara simbolis menyerahkan 100 mushaf Alquran untuk Taman Pendidikan Alquran (TPA).

remaja Muslim (Pixabay)

Sesuai dengan namanya, dalam program Gemar Mengaji, maka menjelang Maghrib hingga sebelum Isya, seluruh anak-anak tidak ada yang berkeliaran di jalan. Mereka berada di rumah, masjid ataupun TPA untuk melaksanakan solat dan mengaji.

‘’Program ini merupakan langkah  ampuh untuk membangkitkan budaya gemar mengaji di kalangan generasi muslim kita pada zaman modern ini. Selain itu juga untuk membudayakan mengaji di lingkungannya masing-masing,’’ ujar Acep dikutip dari Republika.

Kabupaten Karawang, juga mekaksanakan gerakan maghrib mengaji. Gagasan ini, langsung diinisiasi oleh Bupati Karawang Cellica Nurrachadiana. “Ketika ada gerakan ini secara masif, maka aktivitas menonton TV pada saat waktu Maghrib akan terhenti dengan sendirinya,” ujarnya.

Gerakan Masyarakat Maghrib Mengaji sendiri sudah sejak 2011 di Sumatera Barat.

Tinggal bagaimana memantau gerakan ini karena tidak mudah mengubah kebiasaan anak-anak yang sudah terbiasa main-main menjadi gemar mengaji. Orangtua dan masyarakat perlu aktif memantau kegiatan ini.  Kegiatan program ini juga harus bervariasi supaya anak-anak tidak bosan. Selain membaca Al Qur’an, anak-anak bisa diajak mendengarkan kisah inspiratif, cerita menarik dana sebagainya supaya mereka senang. Anak-anak tetaplah anak-anak yang suka bermain dan berimajinasi. Dengan kisah inspiratif dan menarik mereka akan betah untuk mengikuti program ini.  

Alquran Terkecil Hanya Setengah Centimeter

18160663_1929550783729127_7441177053891657728_n
Alquran terkecil di dunia tersimpan di museum Ningxia, Tiongkok. Alquran itu memiliki berat 1,1 gram. Melihat bentuknya, Alquran tersebut merupakan liontin, menjadi bandul kalung. Karena Alquran tersebut melekat dalam sebuah boks yang memiliki pengait berbentuk lingkaran.

Salah satu pegawai di Departemen Luar Negeri Partai Komunis Tiogkok, Qian Shennan menjelaskan  Ningxia terletak di tengah-utara Tiongkok, berbatasan dengan Provinsi Mongolia Dalam.

Ningxia merupakan provinsi otonom dan 30 persen berpenduduk dari suku Hui. Suku Hui merupakan salah satu suku di Tiongkok yang beragama Islam. Mereka memeluk agama Islam sejak masa Jalur Sutera.

Shennan menjelaskan bahwa Alquran tersebut berukuran panjang 1,96 cm, lebar 1,32 cm, dan tebal 0,61 cm. Menurutnya, Alquran itu terbit di Mesir dan kaligrafinya ditulis oleh Usman. “Sesuai dengan yang tertera di Alquran tersebut, Alquran ini dibuat pada tahun 1892,” katanya.

Alquran ini ditemuan di reruntuhan rumah seorang pejabat di Yinchuan pada tahun 1959. Pejabat itu merupakan petinggi Partai Kuomintang di Ningxia. Kuomintang merupakan partai yang didirikan Sun Yat Sen, bapak pendiri Tiongkok modern. Namun di era Chiang Kai Shek, Kuomintang tersingkir oleh Partai Komunis Tiongkok dan lari ke Formosa. Mereka kemudian mendirikan negara Taiwan.

Siswa Cina Tak Boleh Baca Al Qur’an di Kelas

Siswa IslamSiswa sekolah di Kabupaten Linxia di provinsi Gansu, Cina, yang dihuni etnis minoritas Muslim Hui, dilarang memasuki gedung-gedung keagamaan selama istirahat mereka, kata biro pendidikan distrik dalam sebuah pemberitahuan yang diposting secara online.

Siswa tidak boleh membaca Al Qur’an  di kelas, kata pemberitahuan tersebut.

Provinsi ini merupakan rumah bagi sekitar 1,6 juta Muslim, populasi Islam terbesar ketiga di antara wilayah China.

Sebuah pemberitahuan tersebut dibagikan secara online oleh Xi Wuyi, ilmuwan Marxis di Akademi Ilmu Sosial China yang didukung negara dan kritikus vokal atas meningkatnya pengaruh Islam di China. Dalam sebuah posting di platform media sosial Weibo, dia menyambut baik langkah yang ditunjukkan oleh pihak berwenang.

Seorang pria yang menjawab telepon di biro pendidikan Linxia menutup telepon saat diminta oleh Reuters untuk memverifikasi keaslian pemberitahuan tersebut, sementara seorang wanita di biro pendidikan distrik menolak berkomentar.

Peraturan baru mengenai urusan agama, yang diumumkan oleh China pada bulan Oktober tahun lalu dan akan mulai berlaku pada bulan Februari 2018, bertujuan untuk meningkatkan pengawasan terhadap pendidikan agama.

Musim panas yang lalu, sebuah larangan sekolah Minggu diperkenalkan di kota Wenzhou tenggara, yang kadang-kadang dikenal sebagai “Yerusalem di China” karena populasi Kristennya yang besar.

Hukum China secara resmi memberikan kebebasan beragama untuk semua tapi peraturan tentang pendidikan dan perlindungan anak di bawah umur juga mengatakan bahwa agama tidak dapat digunakan untuk menghalangi pendidikan negara atau untuk “memaksa” anak untuk percaya.

Pihak berwenang di daerah-daerah bermasalah di China, seperti wilayah Xinjiang yang jauh di barat, tempat tinggal minoritas Muslim Uighur yang berbahasa Turki, melarang anak-anak menghadiri acara keagamaan.

Ketakutan akan pengaruh Muslim telah berkembang di China dalam beberapa tahun terakhir, sebagian dipicu oleh kekerasan di Xinjiang.

Hui yang berbahasa China, yang secara kultural lebih mirip dengan mayoritas Han China daripada orang Uighur, juga mendapat sorotan dari beberapa intelektual yang takut mempengaruhi pengaruh Islam terhadap masyarakat.

Pada tahun 2016, pemerintah Gansu melarang agama di tempat pembibitan setelah video seorang gadis muda yang membaca Alquran diposkan secara online.

Baca: Independent