Mengenal Kota Bersejarah di Oman


Kesultanan Oman merupakan salah satu negara Arab mayoritas Muslim yang  kaya sejarah. Dari abad ke-6 SM hingga kedatangan Islam pada abad ke-7, Oman dikontrol dan / atau dipengaruhi oleh tiga dinasti Persia, Achaemenids, Parthians dan Sassanids. Sekitar 250 SM, dinasti Parthia membawa Teluk Persia di bawah kendali mereka dan memperluas pengaruh mereka sejauh Oman dan garnisun yang didirikan di Oman. Pada abad ketiga M, Sasanids menggantikan Parthia dan menguasai wilayah itu hingga kebangkitan Islam empat abad kemudian.

Oman memiliki salah satu iklim terpanas dan paling kering di dunia. Namun, ada perbedaan substansial antara zona pesisir, daerah pegunungan, gurun pedalaman gersang dan wilayah barat daya Dhofar.

Suhu musim panas di pantai dapat dengan mudah melebihi 40 ° C (104 ° F). Ditambah dengan suhu malam 30 ° C (88 ° F) atau lebih dan kelembaban yang relatif tinggi, ini membuat luar sangat tidak menyenangkan.

Di gurun Oman, suhu siang hari di musim panas lebih dari 50 ° C (122 ° F).  Musim dingin jauh lebih menyenangkan dengan suhu siang hari umumnya antara 25 dan 30 ° C, dan karena itu merupakan periode perjalanan yang lebih disukai.

Oman memiliki sejarah kota kota kuno yang menarik. Penemuan mencapai puncaknya setelah negara itu membentuk Kementerian Purbakala dan Kebudayaan Nasional pada 1976.

Ra’s al-Janaz

Eksplorasi kawasan yang terletak di daerah Shur, as-Syarqiyah, ini dimulai pada 1981, ketika ilmuwan Italia dan Prancis menemukan artefak-artefak kuno dengan ukiran dan prasasti yang usianya 4.000 ribu tahun sebelum Masehi.

Penggalian pertama pun dimulai secara besar-besaran pada 1985. Penemuan ini mengungkap sejarah awal peradaban di Oman. Terungkap bahwa nenek moyang Oman adalah pelaut dan nelayan yang andal.        

El-Balid

Kota ini terletak di Provinsi Zhafar. Kota ini merupakan salah satu kota bersejarah dan terkuno. Pelabuhannya sendiri berdiri di atas pulau kecil dan dikenal dengan sebutan ad-Dhufah.

Diperkirakan sudah aktif pada 4.000 sebelum Masehi. Pelabuhan ini pun mencapai puncak kejayaannya pada abad ke-12 dan ke-16, di bawah kekuasaan Islam. El-Balid menjadi penghubung perniagaan dunia internasional ketika itu, seperti Cina, India, dan Eropa.   

Pada awal 1990-an, masih di Provinsi Zhafar, peneliti menemukan kawasan Syashr atau Kota Wabar. Daerah ini memiliki catatan peradaban yang sangat unik dan langka. Banyak titik-titik yang konon dijadikan pusat perniagaan di sana.

Kawasan ini sekaligus menjadi rute darat yang menghubungan jazirah Arab dan negara-negara Mesopotamia seperti yang banyak termaktub di peta-peta klasik. Eksplorasi kawasan ini tak hanya menguak eksistensi peradaban kuno pra-Islam, tapi juga peninggalan-peninggalan sejarah pada masa kegemilangan Islam.  

Oman memiliki suhu terpanas dan kering

Kesultanan Oman merupakan salah satu negara Arab mayoritas Muslim yang  kaya sejarah. Dari abad ke-6 SM hingga kedatangan Islam pada abad ke-7, Oman dikontrol dan / atau dipengaruhi oleh tiga dinasti Persia, Achaemenids, Parthians dan Sassanids. Sekitar 250 SM, dinasti Parthia membawa Teluk Persia di bawah kendali mereka dan memperluas pengaruh mereka sejauh Oman dan garnisun yang didirikan di Oman. Pada abad ketiga M, Sasanids menggantikan Parthia dan menguasai wilayah itu hingga kebangkitan Islam empat abad kemudian.

Oman memiliki salah satu iklim terpanas dan paling kering di dunia. Namun, ada perbedaan substansial antara zona pesisir, daerah pegunungan, gurun pedalaman gersang dan wilayah barat daya Dhofar.

Suhu musim panas di pantai dapat dengan mudah melebihi 40 ° C (104 ° F). Ditambah dengan suhu malam 30 ° C (88 ° F) atau lebih dan kelembaban yang relatif tinggi, ini membuat luar sangat tidak menyenangkan.

Di gurun Oman, suhu siang hari di musim panas lebih dari 50 ° C (122 ° F).  Musim dingin jauh lebih menyenangkan dengan suhu siang hari umumnya antara 25 dan 30 ° C, dan karena itu merupakan periode perjalanan yang lebih disukai.